Pra Pelayanan BK
Nama : Ahmad Wildan Sahuri Ramdani
Kelas : 6A PBA
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
Pra Pelayanan BK
Pendahuluan
Pelayanan bimbingan dan konseling di se-kolah, termasuk dalam bidang bimbingan belajar, diarahkan untuk memenuhi kebutuhan siswa (Co-bia & Handerson, 2003; Gysbers & Handerson, 2006). Implikasinya, guru bimbingan dan konse-ling dituntut untuk melakukan asesmen kebutu-han sebelum menyusun program bimbingan dan konseling (Cobia & Handerson, 2007). Asesmen kebutuhan yang akurat menjadi sangat penting, supaya program bimbingan dan konseling benar-benar relevan dengan kondisi siswa (Gibson & Mitchell, 2008). Pengukuran kebutuhan ini me-megang peranan penting dalam penyusunan pro-gram, mengingat hasil asesmen yang memadai akan menjadi dasar untuk menentukan interven-si edukatif secara tepat termasuk dalam bidang bimbingan belajar yang tepat. Namun demikian, dengan mencermati kondisi di sekolah pelaya-nan bimbingan belum mampu memberikan kont-ribusi yang diharapkan. Data statistik pendidikan tahun 2008-2009 yang menunjukkan bahwa siswa mengulang di SMA negeri dan swasta di provin-si Jawa Tengah masih terdapat 1.167 siswa yang mengulang (tidak naik kelas) (Kemendiknas, 2009). Didukung studi Sugiyo (2009) tentang ki-nerja guru bimbingan dan konseling menunjuk-kan bahwa program bimbingan dan konseling yang dibuat guru bimbingan dan konseling cen-derung dibuat sekali dan dipakai selama bebera-pa tahun; penggunaan program bimbingan dan konseling berulang tanpa dievaluasi kekurangan maupun relevansinya dengan kebutuhan siswa. Kondisi ini berdampak pada kualitas pelayanan bimbingan dan konseling yang rendah.
Terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling bidang bimbingan belajar, hasil penelitian Sunawan, Sugiharto dan Anni (da-lam penerbitan), menunjukkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di bidang bimbingan belajar lebih menekankan sisi peningkatan moti-vasi—dalam artian membuat siswa rajin masuk kelas, mau mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain-lain. Adapun peningkatan keterampilan be-lajar belum banyak disentuh guru bimbingan dan konseling, mengingat guru bimbingan dan konse-ling masih merasa bahwa peningkatan keteram-pilan belajar merupakan bagian pekerjaan guru bidang studiThompson, Loesch dan Seraphine (2003) menyimpulkan bahwa hambatan utama pada guru bimbingan dan konseling dalam melakukan asesmen kebutuhan adalah keterbatasan instru-men. Ketika guru bimbingan dan konseling melakukan asesmen kebutuhan,
instrumen yang ada memiliki keterbatasan dalam memberikan infor-masi tentang kebutuhan siswa.
Di samping itu, proses analisis dan interpretasi data yang komp-leks dan rumit membuat guru bimbingan dan konseling merasa bahwa asesmen kebutuhan me-rupakan proses yang kompleks dan tidak mudah dilaksanakan. Rasio guru bimbingan dan konseling dengan siswa sebesar 1 : 150 (Depdiknas, 2007) juga menjadi kerumitan dalam melakukan asesmen kebutuhan. Akhirnya, penggunaan sistem informasi manajemen dalam penyusunan program menja-dikan data siswa, termasuk kebutuhannya, men-jadi sistematis (McLeod & Schell, 2009).
Hal ini memungkinkan guru bimbingan dan konseling dapat membuat keputusan yang akurat dalam se-tiap proses manajemen bimbingan dan konseling, mulai dari asesmen kebutuhan sampai evaluasi program. Selaras dengan kenyataan di atas maka penelitian ini diarahkan untuk mengembangkan need assesment untuk penyusunan program bim-bingan dan konseling bidang bimbingan belajar. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pe-doman praktis bagi guru bimbingan dan konse-ling dalam menyusun program bimbingan dan konseling bidang bimbingan belajar.
Penyusunan program dalam kegiatan BK merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan ma-najemen, manajemen merupakan semua aktivi-tas yang mengarah pada tujuan dan pencapaian-nya dengan memperhatikan kualitas. Pencapaian hasil akan berkualitas, apabila dikelola melalui proses yang berkualitas, sehingga program BK disusun dengan memperhatikan langkah-langkah dalam manajemen, seperti asesmen, perenca-naan, pengoganisasian, pelaksanaan layanan inti dan pendukung, dan evaluasi.
Terkait dengan pemahaman di atas perencanaan kegiatan BK hendaknya berintegrasi dengan program pendidi-kan di sekolah, sehingga pencapaian program ini dapat mengembangkan kompetensi siswa secara utuh.
The Missouri Model menggambarkan program ke dalam empat komponen, yaitu “Gui-dance curriculum, individual planning, respon-sive services, and system support (sometimes re-ferred to as program management).” (Vanzandt and Hayslip 2001; Miller, et.al.1978; Santoadi 2010:43-44; Gysbers & Handerson 2006
(NEED ASSESMENT MODEL PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BIDANG BIMBINGAN BELAJAR BERBANTUAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI SMA NEGERI KOTA SEMARANG)
A. Pengertian Need Assessment
Menurut (AS Hornby, 1986), Assessment adalah Suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.
Menurut (AS Hornby, 1986), Assessment adalah Suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.
Menurut (Suchman, 1961), Assessment adalah Sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Menurut (Worthen dan Sanders, 1973), Assessment merupakan Kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu ; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Menurut Nana Sudjana Assessment adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Menurut Gronlund (1984) dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, menyatakan Assessment sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisaan, dan penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan.
B. Jenin dan Manfaat Instrumen BK
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila dipadukan dengan data-data yang dihasilkan dengan menggunakan teknik yang berbeda, dapat disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non-tes.
1. Observasi
Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejalayang tampak pada objek penelitian. Berikut ini alat dan cara melaksanakan observasi :
A. Catatan anekdot (Anekdotal Record)
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut aturan kejadian, terhadap bagaimana kejadiannya, bukan pendapat pencatat tentang kejadian tersebut.
B. Catatan Berkala (Insidental Record)
Dilakukan berurutanmenurut waktu munculnya suatu gejala tetapi tadak dilakukan terus menerus, melainkan pada waktu tertentu dan tebatas pula pada waktu yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan.
C. Daftar Check (Check List)
Penataan data dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat nama observer dan jenis gejala yang diamati.
D. Skala Penilaian (Rating Scale)
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list. Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat. Dalam rating scale tidak hanya terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan diselidki akan tetapi tercantum kolom – kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejala terasebut.
E. Peralatan Mekanis (Mechanical Device)
pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada saat opservasi berlangsung, karena sebagian atau seluruh peristiwa direkam dengan alat sesuai dengan keperluan
2. Angket Tertulis
Alat ini memuat sejumlah item atau pertanyaan yang harus di jawab oleh siswa scara tertulis juga. Dengan
mengisi angket ini siswa memberikan keterangan tentang sebuah hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti keterangan tentang keluarga, kesehatan jasmani, riwayat pendidikan, pengalaman belajar sekolah, dan di rumah, pergaulan social, rencana pendidikan lanjutan, kegiatan di luar sekolah, hobi, dan mungkin kesukaan yang mungkin dihadapi.
3. Wawancara Informasi
Wawancara informasi merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung dengan siswa. Salama proses wawancara petugas bimbingan mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang akan diberikan dan membuat catatan mengenai hal – hal yang di ungkapkan kepadanya.
4. Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang dibuat siswa mengenai riwayat hidupnya sampai pada saat sekarang. Riwayat hidup ini dapat mencakup keseluruhan hidupnya dimasa lampau atau beberapa aspek kehidupannya saja.
5. Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil antara 10-50 orang, data diambil berdasarkan prefensi pribadi antara anggota kelompok.
B. KEGUNAAN HASIL INSTRUMENTASI NON-TES
Secara umum kegunaan hasil pengungkapan melalui intsrumen non-tes ialah dapat membantu konselor dalam:
1. Memperkokoh dasar – dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada individu seperti masalah penyesuaiyan dengan lingkungan, masalah prestasi hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran.
2. Memahami sebab – sebab terjadinya masalah dari individu
3. Mengenali individu yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan bantuam khusus.
4. Memperoleh gambaran tentang kecakapan. Kemampuan atau keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.
Sedangkan kegunaan hasil intsrumentasi non-tes bagi siswa antara lain:
1. Membantu Siswa memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses mempersiapkan diri untuk bekerja dan berguna dalam masyarakat.
2. Siswa dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potenti dasar, minat, sikap, kecakapan dan cita – citanya.
3. Siswa akan sadar dan memahami nilai – nilai yang ada dalam masyarakat
4. Siswa dapat menemukan hambatan – hambatan yang sifatnya dari dirinya dan dapat mengatasi hambatan – hambatan itu.
5. Membantu siswa dalam melaksanakan masa depannya, hingga dia dapat menemukan karier yang cocok dalam kehidupannya.
C. PENGGUNAAN HASIL INSTRUMENTASI NON-TES
1. Konselor Sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan setting yang subur bagi konselor, karena di jenjang itulah konselor dapat berperan secara maksimal dalam mempasilitasi konseling mengaktualisasikan petensi yang dimilikinya secara optimal. Konselor berperan untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkan potensinya. Potensi yang di miliki oleh peserta didik berkembang dengan optimal yang didasari atas kemandirian, agar peserta didik tidak salah dalam menata dan memilih bahkan membantu dalam merancang masa depan, demi memilih memutuskan karier yang akan di masuki. Seperti kemampuan mengambil keputusan penting dalam kehidupannya, yang berhubungan dengan pendidikan atau pun persiapan kariernya. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, konselor bekerja sama dengan berbagai pihak yang disebut (kolaborasi) yang terkait, diantaranya kepala sekolah, guru –guru dan bahkan orang tua (wali murid). Pelayanan bimbingan dan konseling lebih difokuskan kepada upaya membantu dan memfokuskan kepada upaya mengokohkan pilihan dan pengembangan karier sejalan dengan bidang yang dipilihnya.
Konselor adalah Tenaga pendidik yang berkualifikasi strata satu (S-1) dan menyelesaikan program studi profesi (PPK), konselor sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli atau tenaga profesional yang bertugas:
a) Melaksanakan pelayanan konseling
b) Merancanakan program bimbingan dan konseling untuk satu waktu tertentu. Program itu dapat dikemas kedalam program harian, mingguan, bulanan,semester bahkan tahunan.
c) Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling
d) Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
e) Menganalisis hasil pelayanan bimbingan dan konseling
f) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaiyan pelayanan bimbingan dan konseling
g) Mengadministrasikan kegiatan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
h) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan konseling serta kepsek
i) Mempersiapkan diri, menerima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan terkait dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling
j) Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak terkait dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
2. Guru Mata Pelajaran
Sebagai pemberi mata pelajaran atau pratikum, guru dalam pelayanan bimbingan dan konseling ikut serta dalam membantu pengumpulan data tentang peserta didik.
a. Membantu konselor mengidentifikasikan peserta didik, peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling, serta membantu pengumpulan data tentang peserta didik.
b. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.
c. Menerima peserta didik alih tangan dari konselor, yaitu peserta didik yang menurut konselor memerlukan pelayanan pengajaran atau latihan khusus (pengajaran, perbaikan, dan program pengayaan).
d. Memberikan kesempatan dan memudahkan kepada peserta didik yang memerlukan.
e. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah – masalah peserta didik seperti konferensi kasus.
f. Membantu dalam pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjut.
3. Wali Kelas
Sebagai Pembina kelas dalam pelayanan bimbingan dan konseling wali kelas berperan:
a. Melaksanakan perannya sebagai penasehat kepada peserta didik khusunya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik, khusunya dikelas yang mejadi tanggung jawabnya untuk mengikuti atau menjalani pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
c. Berpartisipasi aktif dan konferensi kasus.
d. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.
4. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab menyeluruh kegiatan sekolah termasuk kegiatan bimbingan dan konseling:
a. Memahami dan peduli terhadap bimbingan dan konseling
b. Mengintekrasikan program bimbingan dan konseling dengan program sekolah
c. Memfasilitasi pengembangan program bimbingan dan konseling
d. Melaksanakan penilaian bimbingan dan konseling
e. Melaksanakan pembinaan bimbingan dan konseling
f. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling
g. Responsif terhadap upaya inovasi bimbingan dan konseling di sekolah
5. Siswa
Siswa sebagai peserta didik dan sekaligus klien yang harus mengikuti segala program yang di berikan konselor yang berfungsi:
a. Memberikan informasi / data yang menjadi persoalan yang sedang di hadapi.
b. Melaksanakan semua program atau seluruh kegiatan yang telah dipersiapkan oleh konselor.
c. Berperan aktif dalam menjalani seluruh kegiatan yang telah diberikan demi kelangsungan program layanan bimbingan dan konseling.
d. Mempersiapkan diri untuk menjalankan apa – apa yang telah di peroleh (mengklasifikasikan hasil yang di peroleh) demi kemandiriannya.
6. Orang Tua
Orang tua sangat berperan penting dalam memotivasi anaknya dan orang tua bertugas:
a. Memberikan support atau dorongan kepada anaknya dalam hal apapun demi mengembangkan minat dan bakatnya.
b. Membantu dalam mengevaluasi anaknya dalam melaksanakan program atau kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang di peroleh
Pihak yang terkait (staf administrasi) dalam memperlancar pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dan bertugas:
a. Membantu menyediakan format – format diperlukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling
b. Membantu konselor dalam memelihara data dan sarana dan fasilitas bimbingan dan konseling yang ada.
Sumber Artikel :
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman/article/view/334/392
http://kandidatkonselor.blogspot.com/2016/05/instrumentasi-bk-non-tes-a.html?m=1
Ditulis oleh :
Ahmad Wildan Sahuri Ramdani
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Media Sosial :
Email : ahmad.wildanda.13@gmail.com
Yt : Ahmad Wildan Sahuri Ramdani
IG : ahmadwildansr13
FB: Ahmad Wildan Sahuri Ramdani
Tw: Awsr Telkomsel13
WA : 081382619957
Komentar
Posting Komentar