Konsep Dasar Bimbingan Dan Konseling
Monday, 15 March 2021
Nama : Ahmad Wildan Sahuri RamdaniKelas : 6A
Nim. : 191220029
Mata Kuliah : Bimbingan Dan Konseling
Dosen Pengampu : Ust. Peni Ramanda M.Pd
Tugas : Resume Konsep Dasar BK
Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia (yang termasuk negara berkembang). Pembangunan ini selain untuk menghadapi tuntutan dan tantangan perubahan masyarakat dan modernisasi, terutama sekali adalah untuk mengembangkan manusia Indonesia sesuai dengan hakikat kemanusiaanya yang memiliki empat dimensi yaitu: individualitas, sosialitas, moralitas dan religiusitas. Untuk mengoptimalkan empat dimensi tersebut, sangat diperlukan pedoman (yang tertuang dalam tujuan pendidikan). Tujuan pendidikan berlandaskan dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang:
(1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berbudi pekerti luhur, (3) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (4) sehat jasmani dan rokhani,
(5) berkepribadian mantap dan mandiri, (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Rahardjo, 1998: 1). Sehingga dalam rangka pembangunan pendidikan nasional, pemerintah Indonesia telah memberlakukan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional beserta berbagai aturan pelaksanaannya yang mencakup di dalamnya pelayanan bimbingan konseling. Artinya bimbingan merupakan bagian integral dari pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan, yaitu: tujuan pendidikan nasional adalah menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional GBHN 2003. Meskipun bimbingan dan konseling yang berkembang saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Bimbingan dan konseling perkembangan adalah upaya pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan, agar individu dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial dan pribadi. Bertolak dari uraian itu maka bimbingan dan konseling perkembangan adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan dan merupakan
bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan
(Setiawati, 2009: 3).
Dalam bimbingan konseling menggunakan berbagai layanan bimbingan dan konseling yang meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Sedangkan kegiatan pendukungnya meliputi: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. Semua jenis layanan dan kegiatan pendukung tersebut diselenggarakan dengan mengacu pada bidang-bidang bimbingan dan konseling. Bentuk dan isi layanan dan kegiatan pendukung disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan individu (Rahardjo, 1998: 9), yang meliputi: 1)
Perkembangan. 2) Adaptasi dengan lingkungan yang lebih luas dan
belajar bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan, nilai dan norma-
norma secara sistematik, luas, dan komprehensif. 3) Mempersiapkan
diri untuk menatap masa depan (Rahardjo, 1998: 5).
Sehingga bimbingan konseling pada dasarnya merupakan
upaya bantuan untuk mewujudkan perkembangan manusia secara
optimal baik secara kelompok maupun individual, sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, yaitu: dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan, kelemahan serta permasalahanya. Di dukung oleh pendapat Brewer (tahun 1930-an) bahwa bimbingan dan pendidikan membentuk hidup orang muda, yang awalnya tidak di terima secara
luas. Namun setelah diubah menjadi “Pelatihan Keterampilan Hidup”
(Life Skill Training) menjadi popular.
PEMBAHASAN
Bimbingan konseling adalah memandirikan individu atau suatu proses usaha yang diberikan konselor untuk memfasilitasi/membantu konseli/individu agar mampu mengembangkan potensi
atau mengatasi masalah (Setiawati, 2009: 72).
Artinya adalah Proses bimbingan konseling melibatkan manusia dan kemanusiaanya sebagai totalitas, menyangkut segenap potensi dan kecenderungannya, perkembangannya, dinamika kehidupannya, permasalahan-
permasalahannya, dan interaksi dinamis antara berbagai unsur yang ada.
Dalam penyelenggaraan pendidikan peristiwa bimbingan setiap kali dapat terjadi yaitu guru membimbing murid-muridnya, baik melalui kegiatan pengajaran maupun non pengajaran.
Myrick (2011:33) bimbingan dan
konseling perkembangan berasumsi bahwa secara lahiriah manusia menggerakkan kepribadian individualnya secara berurutan dan secara positif menuju pengembangan diri. Ini
membuat kita mengenali bahwa terdapat suatu kekuatan antara kita satu sama lain yang membuat kita meyakini bahwa kita adalah istimewa dan tidak ada orang yang menyerupai kita. Ini juga berasumsi bahwa potensi individual kita merupakan asset yang bernilai bagi masyarakat dan masa depan kemanusiaan.
Fungsi bimbingan dan konseling yang paling utama adalah pengembangan,
yakni mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh individu. Bimbingan
berpusat pada diri individu, berdasarkan pada kemampuan dan kebutuhan individu
agar ia mampu mengatasi dirinya sendiri dan mengembangkan segenap kemampuan
yang dimiliki.
PEMBAHASAN
Asas-asas bimbingan konseling yaitu ketentuan-ketentuan
yang harus di terapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila
asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik sangat dapat
diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan. Asas-
asas yang dimaksud adalah (dalam Faqih, 2001):
1) Asas kerahasiaan
(kunci dalam bimbingan konseling): artinya segala sesuatu yang di
bicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang
lain, sehingga akan mendapat kepercayaan dari semua pihak.
2) Asas kesukarelaan: artinya proses bimbingan konseling berlangsung atas
dasar sukarela/tidak ada paksaan.
3) Asas keterbukaan: artinya klien
berbicara sejujur mungkin tentang dirinya sehingga penelaahan serta
pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan dapat dilaksanakan.
4) Asas kekinian: artinya masalah individu yang di tanggulangi adalah
masalah-masalah yang sedang di rasakan, konselor juga tidak boleh
menunda-nunda pemberian bantuan.
1. Asas kemandirian: artinya pelayanan bimbingan konseling
bertujuan menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri/
mandiri setelah dibantu.
2. Asas kegiatan: artinya klien melakukan sendiri kegiatan dalam
mencapai tujuan bimbingan konseling. Konselor hendaklah
membangkitkan semangat klien untuk melaksanakan kegiatan
yang diperlukan dalam penyelesaian masalah.
3. Asas kedinamisan: artinya usaha pelayanan bimbingan
konseling menghendaki terjadinya perubahan pada klien.
4. Asas keterpaduan: artinya pelayanan dan bimbingan konseling
berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian klien agar
seimbang, serasai dan terpadu.
5. Asas kenormatifan: artinya usaha bimbingan konseling tidak
boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku (norma
agama, adat, hukum/negara, ilmu maupun kebiasaan sehari-
hari).
6. Asas keahlian: artinya usaha bimbingan konseling perlu
dilakukan secara teratur dan sistematik dengan menggunakan
prosedur, teknik dan alat (instrumentasi bimbingan konseling)
yang memadai.
7. Asas alih tangan: artinya jika konselor sudah mengerahkan
segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun
individu belum dapat terbantu sebagaimana yang di harapkan,
maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada
petugas/badan yang lebih ahli.
8. Asas tutwuri handayani menuntut agar pelayanan bimbingan
konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami
masalah dan menghadap konselor saja, namun diluar hubungan
proses bantuan bimbingan konseling pun hendaknya dirasakan
adanya manfaatnya pelayanan bimbingan konseling itu.
Peran Bimbingan Konseling di Madrasah
Madrasah merupakan sebuah kata dalam bahasa Arab yang artinya sekolah.
Asal katanya yaitu darasa (baca: darosa) yang artinya belajar. Di Indonesia,
madrasah dikhususkan sebagai sekolah (umum) yang kurikulumnya terdapat
pelajaran-pelajaran tentang keislaman. Madrasah Ibtidaiyah (MI) setara
dengan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs) setara dengan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah Aliyah (MA) setara dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA).
Paradigma Bimbingan Di Madrasah
Model bimbingan yang mulai dikembangkan dan dilaksanakan dewasa ini
adalah model perkembangan yang dikembangkan oleh Wilson Little dan
Chapman. Menurut Mathewson, pendekatan ini didasari oleh konsep bahwa
setiap peserta didik memiliki kebutuhan untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki wawasan serta berorientasi pada baik kondisi saat
ini maupun yang akan datang, serta kebutuhan untuk mengembangkan potensi
pribadi. Oleh sebab itu, layanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan dan
diberikan kepada semua peserta didik dalam berbagai aspeknya baik pekerjaan,
pendidikan, kepribadian, maupun sosialnya. Mereka menegaskan bahwa landasan
dan prinsip bimbingan konseling yang penting diperhatikan adalah aspek
perkembangan peserta didik dengan berbagai kompleksitasnya. Bimbingan dan
konseling hendaknya sangat memperhatikan proses pelaksanaan yang bersifat komprehensif, agar tujuan pelaksanaanya, yaitu perkembangan optimal peserta didik lebih bermakna bagi diri sendiri dan lingkungannya, dapat tercapai.
Chris
D. Kehas yang mengatakan bahwa perkembangan peserta didik merupakan
fokus dari bimbingan dan konseling pendidikan (Yusuf & Nurihsan, 2011: 53-
55).
Sejarah Bimbingan Dan Konseling di Dunia
Bimbingan dan konseling ini lahir pada tahun 1908 di Amerika dengan berdirinya vocational bureau pada tahun 1908 oleh Frank Parsons. Frank Parson dikenal juga sebagai Father of The Guedance Movement in America Education. Frank menekankan bahwa penting bagi setiap individu untuk diberikan pertolongan dari orang lain untuk lebih memahami kekurangan dan kelemahan diri sehingga dapat digunakan untuk proses pengembangan diri lebih baik dan menentukan pekerjaan yang cocok bagi dirinya.
Pertama kali istilah bimbingan dikenal pada abad ke- 19 hingga awal abad ke 20 di Boston. Pada awalnya istilah ini dikenal dengan berdirinya biro di bidang profesi dan ketenagakerjaan. Tujuannya yaitu untuk membantu pemuda dalam memilih karir atau pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka dan juga melatih para guru untuk memberikan layanan bimbingan di sekolah.
Pada masa yang hampir sama, Jasse B Davis juga memulai memberikan layanan konseling di SMA pada tahun 1898. Pada tahun 1907 dia mencoba memasukkan program bimbingan ke dalam pensisikan siswa SMA di Detroit. Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan Students Aid Committee of High School di Newyork dan dalam mengembangkan komitenya, dia berada pada suatu kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukakannya yaitu bahwa siswa membutuhkan saran dan konsultasi sebelum mereka masuk ke dunia kerja.
Pada tahun 1920 para konselor sekolah di Boston dan New York diharapkan mampu membantu siswa dalam memilihkan pekerjaan yang tepat sesuai dengan keahlian masing- masing individunya. Selama itu pula, pada tahun 1920 an sertifikasi untuk konselor sekolah mulai diterapkan.
Pada perkembangannya, mula mula bimbingan konseling dikenal sebagai bimbingan untuk pekerjaan atau karir, namun pada perkembangan lebih lanjut merambah pada bidang pendidikan atau Education Guidance yang dirintid Jasse B. Davis. Dimana bimbingan ini dikenal dengan adanya bimbingan dalam segi kepribadian atau Personal Guidance. Bimbingan konseling juga berkembang di bidang- bidang yang lain seperti pengertian, dan praktek bimbingan konseling terhadap ilmu sosial, budaya, kewarganegaraan, keagamaan, dan lain sebagainya.
Sejarah Bimbingan Konseling di Indonesia dan Banten
Pelayanan konseling dalam sistem pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
Berikut ini adalah fase-fase perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia :
1. Fase sebelum kemerdekaan
Pada fase ini bertepatan dengan masa penjajahan, dimana Indonesia dijajah oleh Belanda dan Jepang. Pada fase ini juga siswa di didik untuk mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam kondisi seperti ini para siswa dikerahkan untuk mengabdi pada negara demi memperjuangkan bangsa Indonesia. Para siswa dikerahkan untuk memperjuangkan bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan. Pada fase ini, wadah untuk mengembangkan potensi siswa salah satunya adalah " Taman Siswa " yang dipelopori oleh K.H.Dewantara.
Dalam K.H.Dewantara berusaha keras untuk menanamkan jiwa nasionalisme di kalangan para siswanya . Pada fase ini terdapat beberapa dekade dalam perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia.
1. Dekade 40-an
Pada dekade ini, bimbingan dan konseling lebih banyak ditandai dengan perjuangan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Pada dekade ini juga diupayakan secara bertahap memecahkan masalah besar seperti pemberantasan buta huruf.
2. Dekade 50-an
Pada dekade ini, bidang pendidikan menghadapi tantangan besar yakni, memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangnya masyarakat Indonesia pada masa itu. Kegiatan bimbingan pada masa itu lebih dikerahkan agar membuat para siswa agar berprestasi.
SIMPULAN
Bimbingan adalah sebuah
proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial. Bimbingan dapat
diberikan untuk menghindari kesulitan maupun mengatasi persoalan yang dihadapi oleh individu dalam kehidupannya.Namun demikian, bimbingan lebih bersifat pencegahan daripada penyembuhan. Bimbingan
dimaksudkan supaya individu atau
sekumpulan individu mencapai
kesejahteraan hidup (life welfare).
Disini letak bimbingan yang
sebenarnya.
Konseling adalah bantuan
yang diberikan kepada peserta didik (konseli) dalam memecahkan masalah kehidupan dengan
wawancara yang dilakukan secara
face to face, atau dengan cara yang sesuai dengan keadaan konseling yang mempunyai masalah psikologis, sosial, spiritual, dan moral etis agar konseli dapat mengatasi masalahnya. Dengan demikian, bimbingan dan konseling mempunyai pengertian sebagai suatu bantuan yang diberikan seseorang pembimbing (konselor) kepada bimbingan (konseli) untuk mengembangkan potensi atau memecahkan masalah dalam memahami dirinya.
Ditulis oleh :
Ahmad Wildan Sahuri Ramdani
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Media Sosial :
Email : ahmad.wildanda.13@gmail.com
Yt : Ahmad Wildan Sahuri Ramdani
IG : ahmadwildansr13
FB: Ahmad Wildan Sahuri Ramdani
Tw: Awsr Telkomsel13
WA : 081382619957
Komentar
Posting Komentar